SEBUAH MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN
Oleh Siti Wulandari
Humaira adalah seorang pemimpi
besar. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana. Dia ingin menjadi seorang
akuntan profesional. Humaira baru saja lulus SMP. Dia ingin melanjutkan ke
sekolah menengah kejuruan negeri favoritnya dengan mengambil jurusan akuntansi.
Sebenarnya, Humaira ingin
melanjutkan ke sekolah menegah atas. Namun, keinginannya itu harus diurungkan.
Karena Humaira berpikir jika ia melanjutkan ke SMA, Humaira takut jika orang tuanya
tidak bisa membiayainya dan malah membuat beban orang tuanya menjadi semakin
berat. Ditambah lagi, SMA itu hanya berfokus kepada pendidikan yang nantinya
akan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Sedangkan jika ia melanjutkan ke
SMK, ia bisa langsung bekerja. Karena SMK lebih fokus kepada skill atau
keahlian daripada pendidikan materi. Oleh karena itu, Humaira lebih memilih
untuk melanjutkan ke SMK, agar lebih cepat bekerja. Kalaupun Humaira ingin
melanjutkan ke bangku kuliah, ia bisa melanjutkannya sambil bekerja. Dengan
begitu, Humaira tidak lagi membebani orang tuanya.
Walaupun orang tuanya menyetujui
jika Humaira melanjutkan ke SMA, namun keputusannya sudah bulat untuk
melanjutkan ke SMK. Dengan semangat yang membara, ia segera mendaftarkan dirinya
ke sekolah yang ia inginkan. Dia pun mengikuti semua peraturan pendaftarannya.
Tes fisikpun dimulai, Humaira segera
mempersiapkan diri untuk mengikuti tes tersebut. Humairapun dipanggil untuk tes
fisik. Dari mulai tinggi badan, berat badan hingga pemeriksaaan tubuh
dilakukan. Dalam tes fisik tersebut, Humaira lulus dan bisa melanjutkan tes
akademik yang akan dilaksanakan pada lusa nanti.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba
yaitu hari dimana Humaira akan melaksanakan tes akademik sekaligus penentu diterima
atau tidaknya Humaira di sekolah tersebut. Tepat pukul 08.00 WIB seluruh
peserta mengerjakan soal akademik. Humaira sangat bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan soal-soal tersebut. Dua jam kemudian, seluruh peserta mengumpulkan
soal beserta jawabanya kepada pengawas. Hasilnya aka diumumkan lusa nanti.
Papan pengumuman telah dipajang di
tengah lapangan sekolah. Humaira sangat berharap namanya tercantum dalam papan
pengumuman tersebut. Rupanya, keberuntungan belum berpihak kepada Humaira.
Humaira tidak diterima di sekolah tersebut. Sontak Humaira sangat terpukul,
tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja membasahi pipi cantiknya. Ia
langsung pulang dan masuk ke kamarnya.
Melihat keadaan Humaira, orang
tuanya membiarkan Humaira untuk menyendiri di dalam kamarnya. Di dalam kamar,
Humaira menangis tersedu-sedu, hatinya sangat hancur. Humaira tidak tahu harus
melanjutkan sekolah kemana lagi.
Disela kesedihannya, Humaira
berusaha untuk berpikir positif. Dia berpikir mungkin ini adalah yang terbaik
untuknya saat ini. Mungkin suatu saat nanti akan ada sesuatu yang jauh lebih
menggembirakan dan membahagiakan di masa yang akan datang. Humaira percaya
bahwa untuk menjadi seorang yang sukses, tidak harus bersekolah di sekolah yang
favorit. Di sekolah yang biasa pun pasti bisa. Asalkan dalam dirinya mempunyai
semangat belajar yang tinggi, ambisi yang kuat dan ditunjang dengan potensi
yang dimiliki pasti akan berhasil. Dengan berpikir seperti itu, hati Humaira
mulai membaik. Humaira berhenti menangis dan berusaha untuk kembali tersenyum.
Dua jam kemudian, Humaira beranjak
keluar kamar dengan mata yang masih sembab. Orang tuanyapun merasa sedih
mendengar Humaira tidak diterima di sekolah impiannya. Ketika suasana mulai
mencair, orang tuanya mendekati Humaira yang sedang duduk di ruang tamu. Untuk
membicarakan sekolah lanjutan yang akan ditempuh oleh anaknya tersebut. Humaira
pun pasrah akan keputusan orang tuanya mengenai sekolah lanjutannya.
Didaftarkanlah Humaira ke SMK swasta
yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Humaira mengambil jurusan yang ia mau
yaitu jurusan akuntansi. Humaira pun mengikuti MPLS di sekolah tersebut selama
satu minggu. Kegiatan MPLS pun selesai dan seterusnya yaitu belajar normal
seperti biasa. Minggu pertama sekolah, Humaira tidak memiliki semangat sama
sekali. Karena Humaira tidak bersekolah di sekolah yang ia inginkan. Namun
Humaira teringat akan cita-citanya menjadi seorang akuntan profesional.
Semangat belajarnya tumbuh kembali.
Tak melihat ia sekolah dimana, Humaira tetap bersungguh-sungguh dalam belajar.
Agar ia bisa meraih prestasi sebanyak mungkin dan dapat meraih cita-citanya.
Tak sedikit teman-teman Humaira yang
mengejek cita-citanya. Karena kondisi ekonomi keluarganya yang rendah. Ada juga
yang bilang kalau cita-cita Humaira itu terlalu besar. Humaira cukup membalas
ejekan teman-temannya dengan senyuman. Di dalam hati Humaira berkata, ”mereka bilang impian saya terlalu besar.
Tapi saya bilang mereka berpikir terlalu kecil.”
Humaira juga percaya bahwa untuk
meraih kesuksesan, ia membutuhkan saran atau masukan yang positif dan
membangun. Kalaupun ada orang yang meremehkan atau menjatuhkan semangatnya,
anggap saja itu adalah sebuah pujian yang cara penyampaiannya berbeda.
Hasil belajarnyapun tak sia-sia.
Humaira selalu menjadi juara dikelasnya. Diapun ditunjuk untuk mewakili
sekolahnya dalam sebuah perlombaan. Humaira selalu memenangkan setiap
perlombaan yang ia ikuti. Ada kalanya semangat Humaira menurun. Setiap
semangatnya menurun, Humaira selalu teringat apa yang ia cita-citakan. Agar
semangatnya kembali bangkit. Hati Humaira sangat gembira, karena bisa menjadi
siswi yang berprestasi disekolahnya.
Tak terasa waktu berjalan begitu
cepat. Kini Humaira telah lulus dengan membawa segudang prestasi yang telah ia
raih. Yang lebih membahagiakannya lagi, Humaira langsung diterima di
universitas ternama melalui jalur prestasi. Tentunya ia di fakultas akuntansi.
Disana Humaira kuliah secara gratis sampai ia wisuda. Asalkan nilainya tidak
boleh turun.
Semangat Humaira semakin
membara. Dia terus optimis bahwa
cita-citanya pasti akan tercapai. Seiring berjalannya waktu, semangatnya kian
meningkat. Begitupun dengan belajaranya semakin meningkat. Semangat serta
belajar yang giat menghasilkan hal yang baik. Humaira selalu mendapat nilai
sempurna dalam ujian di setiap mata kuliah. Tak terasa sekarang Humaira sudah
wisuda. Ia menyalesaikan kuliahnya hanya 7 semester. Setelah wisuda, Humaira
langsung direkrut oleh instansi pemerintah di bidang spesialisasi akuntansi
keuangan.
Setelah bekerja beberapa bulan
disana, kinerja Humaira patut diacungi jempol. Karena Humaira bekerja begitu
rajin, teliti, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan juga bersikap sangat
ramah serta selalu membantu rekannya bila mengalami kesulitan. Tidak heran,
jika Humaira begitu disenangi oleh atasan maupun rekan kerjanya.
Disela kesibukannya, Humaira
menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya. Humaira sangat rindu
kepada orang tuanya. Orangtuanya sangat senang melihat Humaira pulang. Mereka
langsung berpelukan. Tidak lupa Humaira membawa buah tangan untuk orang tuanya.
Akhirnya setelah melalui berbagai
macam rintangan. Seperti tidak masuk ke sekolah favoritnya dan diejekan oleh
teman-temannya, kini Humaira telah berhasil menjadi seorang akuntan
profesional. Dimana profesi tersebut telah lama ia idam-idamkan.
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar