Sabtu, 08 April 2017

cerpen tentang impian

SEBUAH MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN
Oleh Siti Wulandari

            Humaira adalah seorang pemimpi besar. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana. Dia ingin menjadi seorang akuntan profesional. Humaira baru saja lulus SMP. Dia ingin melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan negeri favoritnya dengan mengambil jurusan akuntansi.
            Sebenarnya, Humaira ingin melanjutkan ke sekolah menegah atas. Namun, keinginannya itu harus diurungkan. Karena Humaira berpikir jika ia melanjutkan ke SMA, Humaira takut jika orang tuanya tidak bisa membiayainya dan malah membuat beban orang tuanya menjadi semakin berat. Ditambah lagi, SMA itu hanya berfokus kepada pendidikan yang nantinya akan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
            Sedangkan jika ia melanjutkan ke SMK, ia bisa langsung bekerja. Karena SMK lebih fokus kepada skill atau keahlian daripada pendidikan materi. Oleh karena itu, Humaira lebih memilih untuk melanjutkan ke SMK, agar lebih cepat bekerja. Kalaupun Humaira ingin melanjutkan ke bangku kuliah, ia bisa melanjutkannya sambil bekerja. Dengan begitu, Humaira tidak lagi membebani orang tuanya.
            Walaupun orang tuanya menyetujui jika Humaira melanjutkan ke SMA, namun keputusannya sudah bulat untuk melanjutkan ke SMK. Dengan semangat yang membara, ia segera mendaftarkan dirinya ke sekolah yang ia inginkan. Dia pun mengikuti semua peraturan pendaftarannya.
            Tes fisikpun dimulai, Humaira segera mempersiapkan diri untuk mengikuti tes tersebut. Humairapun dipanggil untuk tes fisik. Dari mulai tinggi badan, berat badan hingga pemeriksaaan tubuh dilakukan. Dalam tes fisik tersebut, Humaira lulus dan bisa melanjutkan tes akademik yang akan dilaksanakan pada lusa nanti.
            Hari yang ditunggu akhirnya tiba yaitu hari dimana Humaira akan melaksanakan tes akademik sekaligus penentu diterima atau tidaknya Humaira di sekolah tersebut. Tepat pukul 08.00 WIB seluruh peserta mengerjakan soal akademik. Humaira sangat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Dua jam kemudian, seluruh peserta mengumpulkan soal beserta jawabanya kepada pengawas. Hasilnya aka diumumkan lusa nanti.
            Papan pengumuman telah dipajang di tengah lapangan sekolah. Humaira sangat berharap namanya tercantum dalam papan pengumuman tersebut. Rupanya, keberuntungan belum berpihak kepada Humaira. Humaira tidak diterima di sekolah tersebut. Sontak Humaira sangat terpukul, tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja membasahi pipi cantiknya. Ia langsung pulang dan masuk ke kamarnya.
            Melihat keadaan Humaira, orang tuanya membiarkan Humaira untuk menyendiri di dalam kamarnya. Di dalam kamar, Humaira menangis tersedu-sedu, hatinya sangat hancur. Humaira tidak tahu harus melanjutkan sekolah kemana lagi.
            Disela kesedihannya, Humaira berusaha untuk berpikir positif. Dia berpikir mungkin ini adalah yang terbaik untuknya saat ini. Mungkin suatu saat nanti akan ada sesuatu yang jauh lebih menggembirakan dan membahagiakan di masa yang akan datang. Humaira percaya bahwa untuk menjadi seorang yang sukses, tidak harus bersekolah di sekolah yang favorit. Di sekolah yang biasa pun pasti bisa. Asalkan dalam dirinya mempunyai semangat belajar yang tinggi, ambisi yang kuat dan ditunjang dengan potensi yang dimiliki pasti akan berhasil. Dengan berpikir seperti itu, hati Humaira mulai membaik. Humaira berhenti menangis dan berusaha untuk kembali tersenyum.
            Dua jam kemudian, Humaira beranjak keluar kamar dengan mata yang masih sembab. Orang tuanyapun merasa sedih mendengar Humaira tidak diterima di sekolah impiannya. Ketika suasana mulai mencair, orang tuanya mendekati Humaira yang sedang duduk di ruang tamu. Untuk membicarakan sekolah lanjutan yang akan ditempuh oleh anaknya tersebut. Humaira pun pasrah akan keputusan orang tuanya mengenai sekolah lanjutannya.
            Didaftarkanlah Humaira ke SMK swasta yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Humaira mengambil jurusan yang ia mau yaitu jurusan akuntansi. Humaira pun mengikuti MPLS di sekolah tersebut selama satu minggu. Kegiatan MPLS pun selesai dan seterusnya yaitu belajar normal seperti biasa. Minggu pertama sekolah, Humaira tidak memiliki semangat sama sekali. Karena Humaira tidak bersekolah di sekolah yang ia inginkan. Namun Humaira teringat akan cita-citanya menjadi seorang akuntan profesional.
            Semangat belajarnya tumbuh kembali. Tak melihat ia sekolah dimana, Humaira tetap bersungguh-sungguh dalam belajar. Agar ia bisa meraih prestasi sebanyak mungkin dan dapat meraih cita-citanya.
            Tak sedikit teman-teman Humaira yang mengejek cita-citanya. Karena kondisi ekonomi keluarganya yang rendah. Ada juga yang bilang kalau cita-cita Humaira itu terlalu besar. Humaira cukup membalas ejekan teman-temannya dengan senyuman. Di dalam hati Humaira berkata, ”mereka bilang impian saya terlalu besar. Tapi saya bilang mereka berpikir terlalu kecil.”
            Humaira juga percaya bahwa untuk meraih kesuksesan, ia membutuhkan saran atau masukan yang positif dan membangun. Kalaupun ada orang yang meremehkan atau menjatuhkan semangatnya, anggap saja itu adalah sebuah pujian yang cara penyampaiannya berbeda.
            Hasil belajarnyapun tak sia-sia. Humaira selalu menjadi juara dikelasnya. Diapun ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam sebuah perlombaan. Humaira selalu memenangkan setiap perlombaan yang ia ikuti. Ada kalanya semangat Humaira menurun. Setiap semangatnya menurun, Humaira selalu teringat apa yang ia cita-citakan. Agar semangatnya kembali bangkit. Hati Humaira sangat gembira, karena bisa menjadi siswi yang berprestasi disekolahnya.
            Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini Humaira telah lulus dengan membawa segudang prestasi yang telah ia raih. Yang lebih membahagiakannya lagi, Humaira langsung diterima di universitas ternama melalui jalur prestasi. Tentunya ia di fakultas akuntansi. Disana Humaira kuliah secara gratis sampai ia wisuda. Asalkan nilainya tidak boleh turun.
            Semangat Humaira semakin membara.  Dia terus optimis bahwa cita-citanya pasti akan tercapai. Seiring berjalannya waktu, semangatnya kian meningkat. Begitupun dengan belajaranya semakin meningkat. Semangat serta belajar yang giat menghasilkan hal yang baik. Humaira selalu mendapat nilai sempurna dalam ujian di setiap mata kuliah. Tak terasa sekarang Humaira sudah wisuda. Ia menyalesaikan kuliahnya hanya 7 semester. Setelah wisuda, Humaira langsung direkrut oleh instansi pemerintah di bidang spesialisasi akuntansi keuangan.
            Setelah bekerja beberapa bulan disana, kinerja Humaira patut diacungi jempol. Karena Humaira bekerja begitu rajin, teliti, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan juga bersikap sangat ramah serta selalu membantu rekannya bila mengalami kesulitan. Tidak heran, jika Humaira begitu disenangi oleh atasan maupun rekan kerjanya.
            Disela kesibukannya, Humaira menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya. Humaira sangat rindu kepada orang tuanya. Orangtuanya sangat senang melihat Humaira pulang. Mereka langsung berpelukan. Tidak lupa Humaira membawa buah tangan untuk orang tuanya.
            Akhirnya setelah melalui berbagai macam rintangan. Seperti tidak masuk ke sekolah favoritnya dan diejekan oleh teman-temannya, kini Humaira telah berhasil menjadi seorang akuntan profesional. Dimana profesi tersebut telah lama ia idam-idamkan.



SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar