MISTERI SESEORANG DI
BALIK PINTU KELAS
Oleh : Siti Wulandari
Di
siang hari yang sangat cerah, seperti biasa Gladis bersiap-siap untuk berangkat
sekolah madrasah. Untuk sampai ke madrasah, Gladis selalu berjalan kaki. Karena
jarak antara rumah dan madrasah tidak terlalu jauh. Langkah demi langkah Gladis
jalani dengan menelusuri jalanan yang indah. Bunga-bunga bermekaran, langit
yang biru, air bening yang mengalir, serta kicauan burung yang indah menghiasi
perjalanan Gladis. Sesampainya di madrasah, Gladis heran karena teman-temannya
berdiam diri di luar pintu kelas. Gladis pun menghampiri mereka dengan
terheran-heran.
“Kalian sedang apa di luar kelas?”
Tanya Gladis dengan heran.
“Oh… Kami sedang mengobrol saja di
luar.” Jawab Vika sedikit terkejut.
“Mengapa kalian mengobrol di luar?
Di dalam kelaskan lebih nyaman, kalian bisa mengobrol sambil duduk.” Saran
Gladis.
“Em… Em… Em…” Jawab Sakira
terbata-bata.
“Sebenarnya kalian itu kenapa? Apa
ada yang aneh dengan ruang kelas kita? Sampai kalian tidak masuk kelas seperti
ini?” Tanya Gladis yang semakin kebingungan dengan sikap teman-temannya.
Vika, Vanesa, dan Sakira tiba-tiba
terdiam. Mereka bahkan tidak berbicara sepatah kata pun. Karena perasaan mereka
yang amat sangat takut membuat mulut mereka membisu seketika. Beberapa saat
kemudian, Vanesa memberanikan diri untuk menceritakannya kepada Gladis.
“Begini Gladis, kami merasa seperti
ada yang aneh di dalam ruang kelas kita. Beberapa menit sebelum kamu datang,
kami semua mendengar jeritan anak kecil yang berasal dari dalam ruang kelas
kita. Padahal dari tadi kami tidak melihat seorang pun yang masuk ke dalam
kelas. Maka dari itu, kami masih berada di luar. Karena jika kami masuk ke
dalam kelas, takutnya akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.” Vanesa
bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi.
“Bagaimana kalau sekarang kita buka
pintu ini bersama-sama?” Usul Gladis.
“Tidak…Tidak. Lebih baik kamu saja
yang buka pintunya. Kami tidak berani untuk membukanyan.” Jawab teman-teman
Gladis.
Gladis pun memberanikan diri unutk
membuka pintu kelas. Karena teman-temannya sangat ketakutan dengan suara
jeritan anak kecil itu.
“Kreek”
Gladis pun membuka pintu dengan
perlahan dan berusaha melihatnya. Tiba-tiba terdengar suara aneh yang membuat
Gladis dan teman-temannya semakin ketakutan sekaligus terkejut dan mereka pun
lari secepat mungkin meninggalkan kelas.
“Aaaaaaaa….” Suara aneh yang
menakutkan.
“Lariiiiii!!!!” Perintah teman-teman
Gladis.
Pada saat berlari, salah satu kaki
Vanesa terpeleset dan masuk ke dalam tempat sampah. Anehnya, kami bukannya
membantu tapi malah menertawakannya. Tidak lama, kami pun membantu Vanesa agar
keluar dari tempat sampah. Kami semua pun berhenti berlari karena kami telah
jauh dari madarasah. Di tengah-tengah kekacauan, Gladis berpendapat bahwa suara
tadi hanyalah suara manusia. Namun, temannya kurang percaya.
“Sepertinya suara tadi hanyalah
suara manusia.” Pendapat Gladis.
“Masa sih?” Tanya Vika.
“Kayanya bener, apa yang dibilang
Gladis.” Ujar Sakira membenarkan pendapat Gladis.
Waktu menunjukkan pukul 13.00.
Gladis dan teman-temannya pun kembali lagi ke madrasah. Walaupun perasaan
mereka masih ketakutan, mau tidak mau mereka harus pergi ke kelasnya. Karena
sebentar lagi bel berbunyi. Sesampainya di madrasah, mereka berjalan secara
perlahan menuju kelas.
“Aduh… Bagaimana kalau ada suara itu
lagi?” Ujar Vanesa ketakutan.
“Aku yakin suara tadi itu adalah
suara manusia. Kalau bukan berarti suara hewan atau suara benda yang terjatuh.”
Ucap Gladis menenangkan teman-temannya.
“Gladis, itu tidak masuk akal. Aku
yakin itu suara hantu yang sedang mengerjai kita.” Cetus Sakira.
“Seharusnya dalam keadaan seperti
ini, kita harus bias berfikiran positif. Jangan berfikiran yang bukan-bukan.”
Gladis berusaha menghilangkan ketakutan mereka.
Mereka pun tiba di depan pintu
kelas. Gladis pun membuka pintu dengan perlahan. Tiba-tiba suara aneh tadi
terdengar kembali. Sontak saja membuat Gladis dan teman-temannya terkejut.
Mereka semua lari ketakutan kecuali Gladis. Dengan berani Gladis masuk ke ruang
kelas dan Gladis melihat temannya berada di balik pintu. Ternyata yang selama
ini menakuti mereka adalah Rio teman kelasnya sendiri.
“Rio, sedang apa kamu di balik
pintu? Oh.. Apakah kamu yang selama ini menakuti kami?” Tanya Gladis dengan
kesal.
“Eh Gladis.. Maaf Gladis bukan
maksud aku menakuti kalian semua. Aku hanya iseng saja kok Gladis.” Jawab Rio
dengan terbata-bata.
“Lain kali jangan melakukan hal ini
lagi dong.. Serem tahu.: Jawab Gladis.
Tidak lama kemudian, teman-temannya
kembali. Mereka melihat Gladis dan Rio sedang membicarakan sesuatu. Mereka pun
menghampiri Gladfis dan Rio.
“Kalian sedang apa? Memangnya kalian
tidak takut diam di dalam kelas ini? Disini ada suara aneh tahu.” Ujar Vika.
“Sebenarnya yang menakuti kita itu
adalah Rio.” Jawab Gladis menunjuk ke arah Rio.
“Apa? Jadi suara aneh itu suara
Rio?” Tanya Vanesa dengan kaget.
“Iya. Maaf ya teman-teman aku sudah
membuat kalian ketakutan setengah mati?” Jawab Rio penuh penyesalan.
“Iya tidak apa-apa. Jangan diulangi
lagi ya Rio.” Jawab Gladis dan teman-temannya.
Akhirnya mereka semua tertawa
terbahak-bahak karena kejadian tadi. Karena mereka mengira kalau suara itu adalah
hantu. Ternyata suara Rio yang sedang menjahili mereka. Bel pun berbunyi
pertanda masuk kelas. Gladis dan teman-temannya pun masuk kelas dan memulai
pembelajaran hari ini dengan penuh semangat dan keceriaan.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar